Nganget berada disebelah utara rumahku dusun Singgsim Bangilan, tempat itu sudah tidak asing sekali bagiku. Walau secara administratif wilayah ini termasuk Kec. Kenduruan tapi aku lebih senang menyebutnya Nganget Juron Bangilan. Sejak kecil aku sering mengunjunginya, ketika masa liburan sekolah, atau saat menggembala sapi saat itu (menerawang masa silam). Saat aku melanjutkan studiku di Ponpes ASSALAM Bangilan Tuban aku pun sering mengunjunginya. Saat acara penjelajahan pramuka atau kadang sekedar bermain-main sama teman-teman. Tiap malam saya pun sering kesana, mandi dan berendam di airnya yang panas-panas hangat, panas kalau lagi masuk, tapi ketika kita diam di dalamya akan terasa hangat. Saya sering tidur dihutan sekitar nganget khususnya musim-musim kemarau karena tidak takut kehujanan. Masih ingat dalam kenangan saya, saat itu kami dengan beberapa orang ke nganget karena kami berangkat dengan jalan kaki, maka saat akan pulang terasa malas, akhirnya kami memutuskan untuk menginap dan kami tidur diatas rumah pohon yang dibuat oleh anak-anak gembala yang berada disekitar hutan tersebut.
Bersumber dari Cerita Kakek mbak Ukah (temanku) yaitu Mbah kasrah (Pulut Bangilan) beliau pernah bercerita tentang legenda terjadinya Sendang nganget :
Pada zaman itu ada seorang bromocorah terkenal kesaktiannya yang berasal dari Kadipaten Demak, Jawa Tengah bernama Blancak Ngilo. Ketika itu dalam cerita ini dia bersama gerombolannya sedang mengembara ke Timur dan singgah ke Jatirogo hingga menyusuri desa desa sekitar hutan di daerah kecamatan ini. Dalam perjalanannya dia mendengar jika saat itu Sunan Bonang sedang mengejarnya.
Perburuan Sunan ini terhadap dirinya, karena segala aktifitas sehari-hari dinilai kalangan wali saat itu bertentangan dengan syariat islam yang sedang dikembangkan oleh wali sembilan. Pada saat pereburuan ini memasuki hutan ini kelompok Sunan Bonang kehilangan jejaknya. Disaat waktu sholat telah tiba Sunan Bonang dan anggotanya kesulitan mencari air untuk berwudlu dia menancapkan tongkatnya. Al hasil lubangnya mengeluarkan air hangat.
Dari sinilah cerita ini akhirnya berkembang di masyarakat hingga sekarang. Maka lokasi ini dikenal dengan nama Sumber Nganget. Tapi yang aneh air hangat ini daya bau belerangnya tidak setajam dengan sumber air hangat di tempat lain. Mungkin karena keanehan inilah yang mengakibatkan lokasi ini dinilai sangat bertuah oleh pengunjung yang kini kian santer saja tersebar.
”Jka ingin mendapatkan berkah dari Allah maka sebagai syarat selanjutnya harus anak-anak kecil laki-laki yang ada di situ yang mengambilkannya,” tutur Mbah Kasrah (84) juru kuncin yang berasal dari Dusun Dopyak, Desa Bangilan, Kecamatan Bangilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar